Surabaya, Mediabangsanews.com
Pemerintah melakukan Berbagai terobosan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran hidup rakyat terus digaungkan oleh Presiden RI Prabowo Subianto untuk menuju Indonesia Emas 2045.
Mulai dari menaikkan gaji guru serta tunjangan guru non-ASN, Swasembada Ketahanan Pangan Nasional, Makan Bergizi Gratis (MBG) dan terobosan lainnya yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat.
Namun ironisnya, ternyata masih ada yang luput dari perhatian pemerintahan daerah terkait nasib para guru honorer yang masih terkatung-katung dan tidak sejalan dengan harapan pemerintahan pusat.
Hal itu terjadi ketika 6 guru honorer dari berbagai wilayah Daerah di Jawa Timur mempertanyakan nasibnya ke kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jatim, Jum’at (24/01/2025).
Sebut saja diantaranya adalah Sujatmiarsih, guru honorer kelahiran Blitar tahun 1966 ini mengajar PPKN di salah satu SMK Negeri Pemerintah Kabupaten Pamekasan.
Ia lama mengabdi sejak TMT (Tanggal Mulai Tugas) pada tanggal 01 Juli 2004 sebagai honorer tapi hingga kini belum juga ada titik terang akan nasibnya sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) atau ASN (Aparatur Sipil Negara). Terakhir ikut ujian penerimaan CPNS sejak 2013 dengan nilai memuaskan tapi tidak menjamin dirinya lolos diterima sebagai PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pamekasan.
Lalu Dewi Kus Endang, guru honorer kelahiran tahun 1976 ini mengajar Bahasa Inggris di salah satu SMA Negeri Pemerintah Kabupaten Pamekasan.
Ia mengabdi sejak pada tanggal 01 Juli 2003 sebagai honorer tapi hingga kini belum juga ada titik terang nasibnya sebagai PNS atau ASN. Terakhir juga ikut ujian penerimaan CPNS sejak dengan nilai cukup memuaskan tapi dirinya tidak lolos diterima sebagai PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pamekasan.
Selain itu adalah Sulaima. Guru honorer kelahiran tahun 1979 ini mengajar IPA di salah satu SMK Negeri Pemerintah Kabupaten Situbondo.
Mengabdi sejak pada tanggal 18 Juli 2003 tapi hingga kini belum juga ada titik terang nasibnya sebagai PNS atau ASN. Sama dengan yang lain, terakhir ikut ujian penerimaan CPNS sejak dengan nilai cukup memuaskan tapi belum juga diterima sebagai PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Situbondo.
Disamping itu juga Isnaniyatul Faroh. Guru honorer kelahiran tahun 1979 ini mengajar Bahasa Indonesia di salah satu Sekolah Negeri di naungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Bangkalan.
Ia mengabdi sejak pada tanggal 12 Juli 2004 tapi hingga kini belum juga ada kepastian nasibnya sebagai PNS atau ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bangkalan.
Begitu juga dengan Moh. Rasul, guru honorer kelahiran tahun 1982 ini mengajar Penjasorkes di unit kerja Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Dirinya mengabdi mulai tanggal 19 Juli 2004 tapi belum juga ada titik terang akan nasibnya sebagai PNS atau ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Termasuk juga Abdul Razak, guru honorer kelahiran tahun 1974 ini mengajar Bahasa Inggris di SMAN 1 Sangkapura kabupaten Gresik.
Ia mengabdi lebih lama daripada yang lain sebagai honorer sejak TMT pada tanggal 17 Juli 2000. Tapi hingga kini masih bernasib sama dan belum diterima sebagai PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gresik. Padahal nilainya sangat memuaskan ketika terakhir ikut ujian penerimaan CPNS atau CASN.